Sabtu, 18 Januari 2014

ALASAN PERLUNYA KONVERGENSI KE IFRS

    Mengapa negara kita saat ini mengacu pada IFRS?


Alasannya adalah kita tidak bisa menolak arus globalisasi karena bagaimanapun juga agar negara kita dapat disetarakan dalam kegiatan perekonomian internasional, dan dalam pembuatan laporan keuangan yang dapat diakui secara internasional. Dapat dilihat dari semakin banyaknya investasi asing yang masuk ke Indonesia. Di mana kita harus siap bersaing dengan tenaga asing, khususnya akuntan luar negeri yang akan berdatangan sehubungan akan tingginya permintaan akuntan berstandar internasional. Secara tidak langsung negara kita pun tidak mau ketinggalan dalam bersaing oleh karena itu kita harus segera mengejar target konvergensi IFRS tersebut.




Apa IFRS itu?


IFRS (International Financial Reporting Standard) adalah standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh IASB (International AccountingStandard Board).


Di mana disusun oleh 4 organisasi utama dunia yaitu :


(IASB) Badan Standar Akuntansi Internasional

(EC) Komisi Masyarakat Eropa

(IOSOC) Organisasi Internasional Pasar Modal

(IFAC) Federasi Akuntansi Internasional

Natawidnyana (2008) menyatakan bahwa sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standard (IAS). Kemudian IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.




Standar yang diterbitkan?


Setelah tahun 2001:


International Financial Reporting Standard (IFRS)

Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC)

Sebelum tahun 2001 :


International Accounting Standard (IAS)

Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC)


Konvergensi IFRS?


Pengertian konvergensi IFRS yang digunakan merupakan awal untuk memahami apakah penyimpangan dari PSAK harus diatur dalam standar akuntansi keuangan. Pendapat yang memahami konvergensi IFRS adalah full adoption menyatakan Indonesia harus mengadopsi penuh seluruh ketentuan dalam IFRS, termasuk penyimpangan dari IFRSs sebagaimana yang diatur dalam IAS 1 (2009): Presentation of Financial Statements paragraf 19-24. IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.


Tujuan akhir dari konvergensi IFRS adalah PSAK sama dengan IFRS tanpa adanya modifikasi sedikitpun. Di sisi lain, tanpa perlu mendefinisikan konvergensi IFRS itu sendiri, berdasarkan pengalaman konvergensi beberapa IFRS yang sudah dilakukan di Indonesia tidak dilakukan secara full adoption.


Sistem kepengurusan perusahaan di Indonesia yang memiliki dewan direksi dan dewan komisaris (dual board system) berpengaruh terhadap penentuan kapan peristiwa setelah tanggal neraca, sebagai contoh lain dari perbedaan antara PSAK dengan IFRS. Indonesia melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) –Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sedang melakukan proses konvergensi IFRS dengan target penyelesaian tahun 2012. IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.


Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012, Strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan – tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara – negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti Indonesia.


Sasaran Konvergensi IFRS tahun 2012, yaitu merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011/2012, Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap. Adapun manfaat yang diperoleh dari konvergensi IFRS adalah memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan SAK yang dikenal secara internasional, meningkatkan arus investasi global melalui transparansi, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global, menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.


Apa manfaat konvergensi IFRS?


Diantaranya adalah :


Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional.

Meningkatkan arus investasi dlobal melalui transparansi.

Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global.

Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management.

Alasan perlunya konvergensi ke IFRS?


Dengan dilakukannya konvergensi PSAK ke IFRS maka :


Mengurangi peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada industri-industri spesifik.

Pendekatan terbesar pada subtansi atas transaksi dan evaluasi dimana merefleksikan realitas ekonomi yang ada.

Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional.

Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.

Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.

Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”.

Permasalahan yang dihadapi dalam impementasi dan adopsi IFRS?


 Diantaranya adalah :


Translasi Standar Internasional

Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional

Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional

Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional Seperti contoh IFRS menekankan pada fair value dan meninggalkan historical value.

ALASAN PERLUNYA KONVERGENSI KE IFRS

    Mengapa negara kita saat ini mengacu pada IFRS?


Alasannya adalah kita tidak bisa menolak arus globalisasi karena bagaimanapun juga agar negara kita dapat disetarakan dalam kegiatan perekonomian internasional, dan dalam pembuatan laporan keuangan yang dapat diakui secara internasional. Dapat dilihat dari semakin banyaknya investasi asing yang masuk ke Indonesia. Di mana kita harus siap bersaing dengan tenaga asing, khususnya akuntan luar negeri yang akan berdatangan sehubungan akan tingginya permintaan akuntan berstandar internasional. Secara tidak langsung negara kita pun tidak mau ketinggalan dalam bersaing oleh karena itu kita harus segera mengejar target konvergensi IFRS tersebut.




Apa IFRS itu?


IFRS (International Financial Reporting Standard) adalah standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh IASB (International AccountingStandard Board).


Di mana disusun oleh 4 organisasi utama dunia yaitu :


(IASB) Badan Standar Akuntansi Internasional

(EC) Komisi Masyarakat Eropa

(IOSOC) Organisasi Internasional Pasar Modal

(IFAC) Federasi Akuntansi Internasional

Natawidnyana (2008) menyatakan bahwa sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standard (IAS). Kemudian IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.




Standar yang diterbitkan?


Setelah tahun 2001:


International Financial Reporting Standard (IFRS)

Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC)

Sebelum tahun 2001 :


International Accounting Standard (IAS)

Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC)


Konvergensi IFRS?


Pengertian konvergensi IFRS yang digunakan merupakan awal untuk memahami apakah penyimpangan dari PSAK harus diatur dalam standar akuntansi keuangan. Pendapat yang memahami konvergensi IFRS adalah full adoption menyatakan Indonesia harus mengadopsi penuh seluruh ketentuan dalam IFRS, termasuk penyimpangan dari IFRSs sebagaimana yang diatur dalam IAS 1 (2009): Presentation of Financial Statements paragraf 19-24. IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.


Tujuan akhir dari konvergensi IFRS adalah PSAK sama dengan IFRS tanpa adanya modifikasi sedikitpun. Di sisi lain, tanpa perlu mendefinisikan konvergensi IFRS itu sendiri, berdasarkan pengalaman konvergensi beberapa IFRS yang sudah dilakukan di Indonesia tidak dilakukan secara full adoption.


Sistem kepengurusan perusahaan di Indonesia yang memiliki dewan direksi dan dewan komisaris (dual board system) berpengaruh terhadap penentuan kapan peristiwa setelah tanggal neraca, sebagai contoh lain dari perbedaan antara PSAK dengan IFRS. Indonesia melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) –Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sedang melakukan proses konvergensi IFRS dengan target penyelesaian tahun 2012. IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.


Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012, Strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan – tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara – negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti Indonesia.


Sasaran Konvergensi IFRS tahun 2012, yaitu merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011/2012, Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap. Adapun manfaat yang diperoleh dari konvergensi IFRS adalah memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan SAK yang dikenal secara internasional, meningkatkan arus investasi global melalui transparansi, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global, menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.


Apa manfaat konvergensi IFRS?


Diantaranya adalah :


Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional.

Meningkatkan arus investasi dlobal melalui transparansi.

Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global.

Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management.

Alasan perlunya konvergensi ke IFRS?


Dengan dilakukannya konvergensi PSAK ke IFRS maka :


Mengurangi peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada industri-industri spesifik.

Pendekatan terbesar pada subtansi atas transaksi dan evaluasi dimana merefleksikan realitas ekonomi yang ada.

Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional.

Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.

Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.

Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”.

Permasalahan yang dihadapi dalam impementasi dan adopsi IFRS?


 Diantaranya adalah :


Translasi Standar Internasional

Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional

Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional

Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional Seperti contoh IFRS menekankan pada fair value dan meninggalkan historical value.

ALASAN PERLUNYA KONVERGENSI KE IFRS

    Mengapa negara kita saat ini mengacu pada IFRS?


Alasannya adalah kita tidak bisa menolak arus globalisasi karena bagaimanapun juga agar negara kita dapat disetarakan dalam kegiatan perekonomian internasional, dan dalam pembuatan laporan keuangan yang dapat diakui secara internasional. Dapat dilihat dari semakin banyaknya investasi asing yang masuk ke Indonesia. Di mana kita harus siap bersaing dengan tenaga asing, khususnya akuntan luar negeri yang akan berdatangan sehubungan akan tingginya permintaan akuntan berstandar internasional. Secara tidak langsung negara kita pun tidak mau ketinggalan dalam bersaing oleh karena itu kita harus segera mengejar target konvergensi IFRS tersebut.




Apa IFRS itu?


IFRS (International Financial Reporting Standard) adalah standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh IASB (International AccountingStandard Board).


Di mana disusun oleh 4 organisasi utama dunia yaitu :


(IASB) Badan Standar Akuntansi Internasional

(EC) Komisi Masyarakat Eropa

(IOSOC) Organisasi Internasional Pasar Modal

(IFAC) Federasi Akuntansi Internasional

Natawidnyana (2008) menyatakan bahwa sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standard (IAS). Kemudian IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.




Standar yang diterbitkan?


Setelah tahun 2001:


International Financial Reporting Standard (IFRS)

Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC)

Sebelum tahun 2001 :


International Accounting Standard (IAS)

Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC)


Konvergensi IFRS?


Pengertian konvergensi IFRS yang digunakan merupakan awal untuk memahami apakah penyimpangan dari PSAK harus diatur dalam standar akuntansi keuangan. Pendapat yang memahami konvergensi IFRS adalah full adoption menyatakan Indonesia harus mengadopsi penuh seluruh ketentuan dalam IFRS, termasuk penyimpangan dari IFRSs sebagaimana yang diatur dalam IAS 1 (2009): Presentation of Financial Statements paragraf 19-24. IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.


Tujuan akhir dari konvergensi IFRS adalah PSAK sama dengan IFRS tanpa adanya modifikasi sedikitpun. Di sisi lain, tanpa perlu mendefinisikan konvergensi IFRS itu sendiri, berdasarkan pengalaman konvergensi beberapa IFRS yang sudah dilakukan di Indonesia tidak dilakukan secara full adoption.


Sistem kepengurusan perusahaan di Indonesia yang memiliki dewan direksi dan dewan komisaris (dual board system) berpengaruh terhadap penentuan kapan peristiwa setelah tanggal neraca, sebagai contoh lain dari perbedaan antara PSAK dengan IFRS. Indonesia melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) –Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sedang melakukan proses konvergensi IFRS dengan target penyelesaian tahun 2012. IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.


Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012, Strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan – tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara – negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti Indonesia.


Sasaran Konvergensi IFRS tahun 2012, yaitu merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011/2012, Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap. Adapun manfaat yang diperoleh dari konvergensi IFRS adalah memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan SAK yang dikenal secara internasional, meningkatkan arus investasi global melalui transparansi, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global, menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.


Apa manfaat konvergensi IFRS?


Diantaranya adalah :


Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional.

Meningkatkan arus investasi dlobal melalui transparansi.

Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global.

Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management.

Alasan perlunya konvergensi ke IFRS?


Dengan dilakukannya konvergensi PSAK ke IFRS maka :


Mengurangi peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada industri-industri spesifik.

Pendekatan terbesar pada subtansi atas transaksi dan evaluasi dimana merefleksikan realitas ekonomi yang ada.

Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional.

Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.

Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.

Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”.

Permasalahan yang dihadapi dalam impementasi dan adopsi IFRS?


 Diantaranya adalah :


Translasi Standar Internasional

Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional

Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional

Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional Seperti contoh IFRS menekankan pada fair value dan meninggalkan historical value.

Analisis Balanced Scorecard Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk

    UNIVERSITAS GUNADARMA

JAKARTA

2013


BAB I

PENDAHULUAN


Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau “Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto”, suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.


ALAT ANALISIS

Perspektif Financial

Rasio Likuiditas

Rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya atau kewajiban yang telah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain sebagai berikut:

Cash Ratio, yaitu Likuiditas minimum yang harus dipelihara oleh Bank dalam membayar kembali pinjaman jangka pendek bank. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, namun dalam prakteknya akan dapat mempengaruhi profitabilitas.




Alat Liquid

Cash Ratio

                 Pinjaman yang harus segera dibayar


Reserve Requirement (RR), yaitu likuiditas wajib minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk Giro pada BI. Reserve requirement merupakan ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum yang berupa rekening bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia. Menurut surat edaran BI nomor : 12/19/PBI/2010 besarnya minimal 8%.


                     Jumlah alat liquid

R

                            Jumlah dana simpanan pihak ketiga


Rasio Rentabilitas

Rentabilitas adalah alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh Bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Rasio-rasio rentabilitas terdiri atas:

Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam penggunaan asset. Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank ada perbedaan sedikit antara ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia.


                                         Laba bersih

ROA

                              


Return On Equity (ROE), yaitu perbandingan diantara laba bersih bank dengan modal sendiri. Perlu diperhatikan, bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya ROA dan tidak memasukkan unsur ROE. Hal ini dikarenakan Bank Indonesia selaku Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat.             


Laba bersih

ROE

                         Modal sendiri


Rasio Solvabilitas.

Analisis ini digunakan untuk mengukur kemampuan Bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jika terjadi likuiditasi Bank. Disamping itu, rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-sumber lain diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Rasio Solvabilitas ini terdiri atas:

Debt to Equity Ratio (DER), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh hutanghutangnnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari dana bank sendiri. Dengan kata lain, rasio ini mengukur seberapa besar total pasiva yang terdiri atas persentase modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya hutang.


                                 Jumlah utang

DER =                                                                      X 100%

                                         Jumlah modal sendiri


Perspektif Pelanggan, Perspektif Bisnis Internal, dan Perspektif           Pembelajaran dan Pertumbuhan

Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dan karyawan, penulis menggunakan table kuesioner yang dibagikan kepada pelanggan dan karyawanBank Rakyat Indonesia.

Data kuisioner tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan pengukuran skala Guttman, yaitu skala yang digunakan untuk mendapatkan dua pilihan jawaban “Puas” atau “Tidak Puas” , dimana skor penilaian yang diberikan untuk jawaban “Puas” adalah satu (1), dan skor penilaian untuk jawaban “Tidak Puas” adalah nol (0).

Adapun untuk menghitung persentase penilaian tersebut adalah sebagai berikut :


Jumlah jawaban Puas/Tidak Puas

X 100%

    Jumlah jawaban kuesioner


Dari total jawaban tersebut kemudian diolah dan dinilai perhitungan persentase yang dikelompokkan ke dalam empat criteria sebagai berikut :

76% – 100% Baik56% – 75% Cukup Baik40% – 55% Kurang Baik< 40% Tidak Baik

Pengelompokkan hasil perhitungan ke dalam satu kriteria diatas adalah bertujuan untuk menilai bagaimana kinerja Bank Rakyat Indonesia, sudah baik atau belum.


TUJUAN PENULISAN

Kami selaku pihak top management ingin menginformasikan keadaan perusahaan kami kepada semuanya selaku para investor yang mungkin ingin menanamkan modalnya di perusahaan kami. Kami akan memberikan data keuangan kami pada pembahasan melalui analisis Balanced Scorecard.




BAB II

PEMBAHASAN


Perspektif Pelanggan

NO

PERTANYAAN

HASIL PERSENTASI

1

Penampilan dan sambutan yang diterima dari pegawai.

60%

2

Ketanggapan pegawai dalam menjawab pertanyaan terhadap nasabah.

95%

3

Kenyamanan dan kebersihan (lokasi, tempat parkir, suasana).

70%

4

Persediaan produk yang diberikan memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah.

80%

5

Promosi yang dilakukan kepada nasabah.

60%

6

kemudahan mendapatkan informasi tentang produk.

75%

7

Pelayanan (data) yang diberikan akurat dan tidak ada penyelewengan atas data tersebut.

60%

8

BRI menerapkan praktek-praktek manajemen penjualan yang propesional.

90%

9

Perhatian terhadap keluhan-keluhan nasabah.

65%

10

Pemberian fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada nasabah.

90%



Dari hasil persentasi dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan dapat dikatakan cukup baik dengan rata-rata persentasi 74,5%, karena adanya kepercayaan pelanggan terhadap produk. selain itu rata-rata pelanggan menyatakan cukup puas dengan pelayanan yang diberiakan oleh perusahaan.


Perspektif Bisnis Internal

Hasil persentasi tertinggi pada proses inovasi

NO

PERTANYAAN

HASIL PERSENTASI

1

Pelebaran jaringan usaha dilokasi yang

Berbeda.

95%

2

Kelengkapan produk yang disediakan.

100%

3

Pemenuhan kebutuhan pasar.

95%



            Hasil persentasi tertinggi pada proses operasi

NO

PERTANYAAN

HASIL PERSENTASI

1

Waktu / lamanya proses pelayanan terhadap

Pelanggan.

90%

2

Kualitas penanganan klaim dari pelanggan.

90%

3

Profesionalisme customer service dalam

menghadapi masalah.

100%

4

Pengenalan jasa produk oleh customer service penjualan.

95%

5

Pemberian informasi tentang jasa yang

Ditawarkan.

100%

6

Jalinan hubungan baik dengan pelanggan

95%


           

Hasil persentasi tertinggi pada pelayanan purna jual

NO

PERTANYAAN

HASIL PERSENTASI

1

Tanggapan yang cepat terhadap klaim kerusakan.

100%

2

Keramahan petugas customer service.

100%

3

Profesionalisme customer service dalam

menghadapi masalah.

100%

4

Kecepatan pelayanan customer service.

100%


Dari hasil persentasi diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja proses internal perusahan dapat dikatakan baik karena rata-rata persentasi mencapai 96,9%, selain itu juga perusahaan terus melaksanakan inovasi, memaksimalkan proses operasi, dan memberikan layanan purna jual yang memadai dan cukup memuaskan para pelanggan.


Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Hasil persentasi tertinggi pada motivasi, kepuasan dan keselarasan

NO

PERTANYAAN

HASIL PERSENTASI

1

Saya menyukai pekerjaan saya.

100%

2

Karyawan sering dihargai bila hasil kerjanya

Baik.

100%

3

Peralatan yang digunakan baik.

100%

4

Rekan-rekan sya hangat dan menyenangkan.

95%

5

Saya senang dengan kebijaksanaan mengenai

absent perusahaan.

100%

6

Atasan saya bisa menghargai masukan dan

Pendapat.

90%

7

Perusahaan ini mempunyai reputasi yang baik

Dimasyarakat.

95%


Dari hasil persentasi diatas dapat disimpulkanbahwa kinerja perusahaan dapat dikatakan baik, karena perusahaan sudah cukup memperoleh pegawai yang produktif dengan rata-rata persentasi 97,2%. Lebih dari itu perusahaan memiliki pegawai yang cukup termotivasi, puas dan selaras dengan lingkungan kerja.


Perspektif Financial

KETERANGAN

2008

2009

2010

2011

2012

Rasio Liquiditas






a. Cash Ratio

185,98%

117,21%

220,69%

255,38%

357,07%

b. RR

8,29%

8,22%

8,98%

11,34%

12,53%

Rasio Rentabilitas






a. ROA

2,42%

2,31%

2,84%

3,21%

3,39%

b. ROE

26,65%

26,81%

31,28%

30,29%

28,80%

Rasio Solvabilitas






a. DER

1000,69%

1062,79%

1002,40%

843,19%

749,76%


Dari hasil penilaian diatas, terlihat bahwa kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia untuk rasio liquiditas dan rasio rentabilitas cenderung baik, itu dapat dilihat RR, ROA, dan ROE yang mengalami kenaikan di setiap tahunnya dan melebihi persantase yang di inginkan. Tetapi kurang baik pada Cash Ratio walaupun persentase disetiap tahunnya mengalami kenaikan, ini dikerenkan bank kurang melakukan investasi atau meberikan pembiayaan/pinjaman kepada nasabah,sehingga banyak dana yang menganggur. dana yang menganggur ini dapat merugikan bank karena pendapatan bank sebagai akibat dari penggunaan dana menjadi menurun. Untuk rasio solvabilitas, dilihat dari DER kinerjanya kurang baik karena melebihi persantase yang di inginkan.




BAB III

KESIMPULAN


            Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan penulis pada bab sebelumnya, analisis Balanced Scorecard yang diterapkan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dapat dinilai cukup baik dan efektif. Hal ini dapat dilihat dari keempat perspektif yang menjadi tolak ukur dalam Balanced Scorecard dan telah sesuai dengan fungsinya masing-masing, jadi bagi anda para investor ini merupakan indikator untuk kalian semua para investor dalam mempertimbangkan penanaman modal kepada perusahaan kami dan ini merupakan investasi yang aman bagi kalian. Keempat perspektif tersebut diintisarikan sebagai berikut :

a.      Perspektif Financial

Berdasarkan hasil penilaian diatas, terlihat bahwa kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia untuk rasio Liquiditas, rasio Rentabilitas, dam rasio Solvabilitas cenderung baik, itu dapat dilihat dari RR, ROA, dan ROE yang telah mencapai persantase yang di inginkan, tetapi kurang baik pada Cash Ratio karena walaupun persentase disetiap tahunnya mengalami kenaikan, tetapi ini kurang baik karena banyak dana yang menganggur, dan DER yang mengukur kemampuan bank dalam melunasi hutang-hutangnya dengan mengandalkan ekuitasnya yang tergambar dalam perhitungan DER, maka itu kurang baik untuk Bank Rakyat Indonesia

b.      Perspektif Pelanggan

Dilihat dari perspektif ini kinerja perusahaan dapat dikatakan baik, karena adanya peningkatan kepercayaan dan kepuasan pelanggan terhadap produk, pelayanan dan perusahaan yang dapat dilihat dari adanya penambahan pelanggan baru dan peningkatan pangsa pasar yang direbut oeh perusahaan.

c.       Persepktif Proses Bisnis Internal

Dilihat dari perspektif ini, secara umum kinerja proses internal perusahan dapat dikatakan baik, karena perusahaan terus melaksanakan inovasi, memaksimalkan proses operasi, dan memberikan layanan purna jual yang memadai dan memuaskan para pelanggan.



d.      Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Dilihat dari perspektif ini, kinerja perusahaan dapat dikatakan baik, karena perusahaan sudah cukup memperoleh pegawai yang produktif dan cukup termotivasi, sudah memiliki informasi dan data base yang cukup baik bagi pegawai. Dari initisari diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk secara umum adalah cukup baik.